Menaikkan Omzet Dengan Satu Teknik Ini

Menaikkan Omzet

Punya keahlian dan produk bagus tapi masih kurang omzet? Banyak teknik pemasaran untuk menaikkan omzet diera digital sekarang ini. Salah satunya teknik yang akan kita bahas berikut ini.

Gunakan Teknik Wawancara untuk menaikkan omzet

Wawancara adalah seni. Untuk mendapatkan informasi yang jelas serta terarah dari klien untuk kebutuhan testimoni, perlu pengetahuan dan juga keahlian, kelihaian, bahkan kecerdikan.

Biro Arsitek, Kontraktor, Arsitek freelance, seniman, Supplier bahan bangunan, penting untuk mempunyai testimoni positif.

Apapun propesi Anda, penting menguasai teknik ini.

Siapa saja yang menjual produk maupun jasa, perlu mempunyai kumpulan testimoni untuk meningkatkan kepercayaan calon customer dan meningkatkan brand awareness.

Kita tidak sekedar online, kita hidup online.

BACA JUGA :

‘Cara Bego’ Usaha Furniture, mengulas step by step untuk memulainya.

Fahami Hal Mendasar Ini Jika Mau Banyak Pelanggan Setia.

Ide-ide desain rumah minimalis

Ide-ide desain furniture

Kumpulan foto-foto Arsitektur peninggalan masa kolonial di Indonesia



Kenali konsumen jika mau menaikkan omzet

Menurut hasil survey, setiap orang rata-rata memiliki moment digital sebanyak 150 kali dalam satu hari.

“Dengan online, make it fast, make it simple.”

Perubahan Perilaku Konsumen
Customer behavior, era sekarang sudah berbeda.

“Jadi, catat ini. Perbedaan konsumen dahulu dengan konsumen saat ini adalah di ‘search & share’.”

Peran dahsyatnya adalah potensi Viral dari efek ‘search & share’. Baik itu citra positive atau negatif yang dihasilkan.

Kita bersama pasti faham bahwa citra negatif lebih cepat viral.

Karena itu, fenomena efek viral juga menjadikan ‘Share’ perlu dimanage dengan baik dan benar.

Ini dia Teknik Wawancara untuk menaikkan omzet

Kembali kebahasan utama kita, mendapatkan testimoni positif sangat penting untuk meningkatkan penjualan dan brand awareness.

“Testimonials are so powerful because they’re delivered from a third-party perspective rather than the point of view of the seller.”

Artikel singkat ini akan menyajikan 6 pertanyaan wawancara testimoni yang bersumber dari The Secret Life of Testimonials.

Kuasai ke enam pertanyaan wawancara testimoni yang powerful ini:

1. Apa kendala yang akan mencegah Anda ketika akan membeli produk ini?

pelanggan selalu memiliki persepsi hambatan. Tidak peduli seberapa siap pelanggan untuk membeli, pasti selalu ada halangan. Halangan bisa uang, atau waktu, atau ketersediaan, atau relevansi – atau sejumlah isu

2. Apa yang Anda temukan sebagai hasil dari pembelian produk ini?

Pertanyaan ini penting, karena bisa meredakan kendala itu.
Ketika klien menjawab pertanyaan ini, mereka berbicara tentang mengapa layak membeli, meskipun kendalanya jelas.

3. Apa fitur tertentu yang paling Anda suka tentang  produk ini?

Sekarang kita mulai lebih menggali lebih ke dalam.

Jika kita meminta pelanggan untuk berfokus pada seluruh produk, jawabannya akan “waffly.” Itulah mengapa kita coba saja dengan berfokus pada fitur tunggal atau manfaat yang paling disukai pelanggan. Hal ini membawa satu fitur yang kaya eksplisit dan terinci.

4. Apa yang akan menjadi manfaat lain tentang produk ini?

Ini memungkinkan fokusnya pada sejumlah hal yang memberikan orang-orang yang posisinya paling berguna baginya

5. Apa Anda akan merekomendasikan produk ini?
Jika demikian, mengapa?

Ketika seorang pelanggan merekomendasikan sesuatu, ada nilai lebih dari produk yang Kita pertaruhkan. Integritas pelanggan juga yang dipertaruhkan.

6. Apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?

Pertanyaan sebelum ini kadangkala justru cenderung menjadi “pemanasan” bagi pelanggan, dan Kita akan mendapatkan laporan perpisahan paling menakjubkan yang tidak terbayangkan.

“A third party (_testimonial) is always far more believable to your prospective customers. And because each testimonial is specifically linked to an objection, it systematically reduces the risk.”

Demikian artikel singkat tentang 6 pertanyaan

Sedikit tambahan, jika dianalogikan sebagai sebuah pertandingan, pewawancara selalu menempatkan diri dalam posisi inferior karena dialah pihak yang meminta. Agar menjadi pertandingan persahabatan, lawan bicara harus didekati secara halus. Itulah seninya.

Semoga bermanfaat dan silahkan di share untuk menyebar manfaat.

Sumber: The Secret Life of Testimonials. The original version of this post was published on April 8, 2010. Copyblogger.com

 

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.