Taj Mahal

Taj Mahal, Berubah warna

Artikel Arsitektur – Saya belum pernah mengunjungi Tanah India, tempat Taj Mahal berdiri dengan Indahnya. Namun setiap kali melihat Taj Mahal dari media, saya selalu terkagum-kagum.

artikel arsitektur_Taj mahal 01

“Saya ‘merasakan’ bangunan ini penuh dengan misteri dan sekaligus ada rasa sedih bila teringat betapa pada masanya dengan ‘rakus’ penjajah menjarah batu-batu mulia yang tersebar di dalam bangunan Taj Mahal.”

Kalau Anda adalah salah satu penggemar batu mulia yang saat ini sedang ‘ngetrend’, pasti juga sangat menyayangkan aksi penjarahan tentara Inggris paa masa itu. Andai saja hal itu tidak terjadi, kita masih bisa menikmati keindahan mahakarya Batu-batu mulia tersebut sebagai warisan peradaban dunia.

artikel arsitektur_Taj mahal 02

Jika Anda pernah mengunjungi Taj Mahal kemudian pemandu anda mungkin bilang bahwa itu dirancang oleh Ustad Isa Iran, dan dibangun oleh Kaisar Moghul, Shah Jahan, untuk mengenang istrinya Mumtaz Mahal.

Bangunan menyerupai masjid itu memiliki tinggi 115 kaki, sementara keempat menaranya setinggi 130 kaki.

Taj Mahal yang berada di sebelah timur Kota Agra, dibangun dalam 22 tahun (1631-1653) dengan 20.000 pengrajin dibawa ke India dari seluruh dunia.

Data tersebut  ditentang oleh Profesor P.N. Oak, penulis Taj Mahal: Kisah Nyata, yang percaya bahwa seluruh dunia telah tertipu. Ia mengklaim bahwa Taj Mahal bukan makam Ratu Mumtaz Mahal, tetapi sebuah candi Hindu kuno istana Dewa Siwa (kemudian dikenal sebagai Tejo Mahalaya), disembah oleh Rajput kota Agra.

“Terlepas dari Kontroversi hasil penelitian Profesor P.N. Oak, saya membaca artikel pagi ini yang memberitakan bahwa warna Taj Mahal berubah menjadi lebih kuning, cendrung kecoklatan. Disinyalir perubahan warna tersebut disebabkan polusi udara.”

Polusi sedang mengubah warna Taj Mahal menjadi kuning, walaupun berbagai usaha dilakukan pemerintah India agar monumen dari abad ke-17 itu tetap terlihat putih mengkilap, ungkap suatu komite parlemen India.

Komite pelaksana bidang transportasi, turisme dan kebudayaan, dalam laporan kepada parlemen, pekan ini, mengemukakan bahwa partikel-partikel udara telah mengendap sehingga warna monumen itu menjadi sedikit berwarna kuning.

“Pihak berwenang di India telah melakukan berbagai cara untuk mempertahankan wilayah sekitar Taj Mahal agar bebas polusi, termasuk membuat stasiun pemantau polusi udara di kota Agra.”

Polutan udara seperti sulfur dioksida dan gas-gas nitro oksida, umumnya masih di bawah batas yang diizinkan, namun “partikel debu yang mengambang di udara” tercatat berada dalam tingkat yang tinggi kecuali saat musim hujan.

Apa yang terjadi di Kota Agra India, bisa terjadi juga di Kota Jakarta. Walau memang tidak memiliki bangunan monumental semegah Taj Mahal, perubahan warna bangunan akibat polusi Kota Jakarta kenyataannya sudah terjadi.

Masih ingat aksi para pecinta Alam (Kalau tidak salah) yang membersihkan Kubah Masjid Istiqlal? Aksi itu diawali karena para pecinta Alam yang kerap kali menggunakan transportasi Kereta Api melihat Kubah Masjid Istiqlal yang ‘dekil’. Karea rasa kepedulian yang tinggi, maka digelarlah aksi pembersihan Kubah Istiqlal dengan cara yang cukup unik, khas para pecinta alam.

Satu lagi bangunan monumental di Jakarta, yaitu Monas. Jangan sampai emas di puncak monas berubah warna menjadi abu-abu.  🙂

Salam Arsitektur

 

 

 

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like