Arsitek perlu Referensi

Arsitek perlu Referensi, apapun profesi kita perlu referensi

Alkisah pada suatu masa, terjadi perbincangan antara bapak dengan anaknya:

Bapak: “Nak, kita hidup ini perlu referensi. ” 
Anak: “Referensi?”
Bapak: “ya, referensi.”
Anak: “Nggak perlulah, manusia kan sudah punya bekal membedakan yang baik & benar, jalani aja sesuai nilai kebenaran yang kita miliki.”

Singkat cerita, karena perbincangan tersebut tidak menemui titik temu, akhirnya si Bapak berkata:

“Oke lah kalau begitu. Besok jadi kan ikut bapak ke Pasar Nak?”

Anak: “Oke, siap. Besok pagi ya Pak.”

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat menuju Pasar.

Mereka melakukan perjalanan dengan membawa seekor Keledai. Diperjalanan, si Bapak mengendarai Keledai sedangkan si Anak berjalan kaki.

Artikel Arsitektur_referensi Arsitek

Sesampainya di Pasar, banyak terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang yang melihat mereka:

“Hai, coba lihat itu, betapa teganya si Bapak enak-enakan naik Keledai, sedangkan anaknya yang masih kecil itu berjalan kaki.”

Keesokan harinya, mereka kembali melakukan perjalanan ke Pasar. Bedanya, sekarang si Anak yang naik Keledai, sedangkan si Bapak berjalan kaki. Sesampainya di Pasar, banyak terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang yang melihat mereka:

“Hai, coba lihat itu, kok ada ya Anak yang tega membiarkan Bapaknya yang sudah tua itu berjalan kaki, sedangkan dia dengan santainya naik keledai.”

Keesokan harinya, mereka kembali melakukan perjalanan ke Pasar. Bedanya, sekarang mereka berdua menaiki Keledai tersebut. Sesampainya di Pasar, banyak terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang yang melihat mereka:

“Wah..wah..wah.. Kok ada ya, manusia yang tidak berkepribinatangan seperti mereka itu!”

Efek dari cara pembelajaran yang si Bapak terapkan ke si Anak itu, akhirnya si Anak menyadari bahwa hidup perlu referensi.

Ya begitulah, hidup perlu referensi. Pedoman. Kitab suci sesuai keyakinan masing-masing.

Begitu juga dengan profesi Arsitek. Perlu referensi. Saya masih ingat sekitar tahun 1993 ‘hunting’ buku-buku Arsitektur di Kawasan Senen dan Gunung Agung. Selain harga yang ‘miring’, kadang stok buku di Toko Buku resmi habis. Seru juga jalan ‘hunting’ buku.

Di semester awal perkuliahan, yang saya ingat adalah buku:

  • Data Arsitek I&II
  • Introduction to Architecture
  • Human Dimension
  • Buku-bukunya Francis DK Ching

Tentunya referensi bagi Arsitek bukanlah didapat dari update buku perkuliahan semata.

“Pedoman peraturan dari Pemda setempat juga harus update.”

Referensi lainnya selain Buku adalah referensi yang tak tertulis, yang ada dan terjadi di lingkungan proyek berjalan, Seperti:

  • Masalah Sosial
  • Masalah Budaya
  • Kondisi Iklim dan cuaca

Mungkin bila kita hanya mengikuti suatu Proyek sebatas proses desain, tidak begitu banyak menemui hal-hal unik menyangkut masalah sosial budaya di Proyek. Seperti:

  • Adanya Ormas yang datang
  • Wartawan yang ‘mampir’ ke proyek
  • Protes warga sekitar masalah gangguan Proyek

“Referensi sosial budaya dan kondisi iklim cuaca setempat pastinya mempengaruhi bentuk dan alur desain yang dihasilkan oleh seorang Arsitek.”

Tentunya sharing Artikel Arsitektur tentang bahasan  ini bukanlah hal yang baru bagi sebagian besar praktisi Arsitektur dan Konstruksi.

Harapannya artikel Arsitektur ini menambah wawasan bagi siapa saja yang berminat tentang dunia Arsitektur dan desain. Edukasi bersama.

Dari kisah di atas si Bapak memberi pelajaran kepada Anaknya sebagai berikut:

  • Hidup haruslah punya pendirian.
  • Telinga memang berfungsi untuk mendengar.
  • Tetapi otak kita bertugas menyaring semua yang tertangkap oleh panca indera kita, termasuk oleh pendengaran.
  • Sementara hati punya tugas untuk menimbang, merasakan mana yang tepat dan benar, mana yang tidak.
  • Dari awal kita telah melakukan kekeliruan, hanya menggunakan telinga untuk mendengar.
  • Kita membiarkan otak dan hati kita diam tak berfungsi.
  • Kita membiarkan diri dipermainkan keadaan yang datang dari luar kita.
  • Pada akhirnya hidup harus memilih, bersikap, punya prinsip dan pendirian.
  • Sudut pandang orang acapkali berbeda dan kadangkala saling bertentangan.
  • Tidak ada yang mutlak benar maupun salah.
  • Siapa pun kita harus berani mengambil resiko.
  • Tentunya dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang.

“Disitulah diperlukan Referensi. Referensi sebagai pedoman pengambilan keputusan.”

Selamat berakhir pekan dengan keluarga. Semoga libur akhir pekan ini menjadi liburan yang berkualita.

Salam Arsitektur

 

 

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like