Hukum Pareto, Cara Menerapkan di Proyek Properti

Pembahasan ini saya dapat dari eMail Asriman A. Tanjung mengenai Menerapkan Hukum Pareto di Proyek Properti.

Link pembahasan lanjutan kami sertakan di akhir artikel ini.

BACA JUGA : (Rumah minimalis)

Futuristik

Rumah Minimalis Lahan Sempit Yang Efisien

Lahan Sempit Persegi Empat

Minimalis Yang Terbuka

Rumah Panggung Kekinian Penghobi Tanaman

Minimalis Lahan Sempi Memanjang

Rumah Minimalis Beton Bersilangan

Bentuk Piramid

Rumah Minimalis Dinding Beton dan Kayu

Pengenalan Awal

Hukum Pareto atau The Pareto Principle adalah sebuah prinsip pemikiran tentang kebanyakan kejadian dan penyebabnya dari seorang konsultan manajemen bernama Joseph M. Juran yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia Vilfredo Pareto.

Dimana pada tahun 1906 dia mengamati bahwa 80 persen tanah di Italia dimiliki oleh 20 persen dari jumlah populasi.

Dalam Hukum Pareto, yang juga orang sering menyebut hukum ini sebagai prinsip 80/20, menyatakan bahwa atas mayoritas kejadian di dunia ini, 80 persen dari yang terjadi disebabkan oleh 20 persen penyebabnya.

Prinsip Pareto ini dapat diterapkan dalam banyak hal, contohnya:

  • 20 persen penjualan, menghasilkan 80 persen pendapatan perusahaan.
  • 20 persen dari cacat sistem menyebabkan 80 persen masalah.
  • 20 persen dari jumlah pelanggan menciptakan 80 persen pendapatan usaha.
  • 20 persen dari aplikasi menguras 80 persen daya smartphone.
  • 20 persen dari pakaian digunakan buat 80 persen aktivitas.

Bagaimana menerapkan Hukum ini di proyek properti?

Sebelum kita bahas selanjutnya, kita musti samakan persepsi tentang kondisi proyek. Ketika memulai proyek seorang developer kekurangan modal. Setelah mencari suntikan modal kesana kemari tidak ada investor yang bersedia membiayai proyek.

Sementara proyek wajib butuh modal untuk memulai, karena perizinan perlu diurus dan butuh uang, lokasi perlu dipersiapkan sehingga butuh modal juga.

Pilihan logis lainnya adalah menjual proyek dengan preselling. Artinya proyek dijual pada saat proyek tersebut belum dibangun.

Tentu harus ada pemanis yang ditawarkan kepada calon pembeli supaya mereka bersedia membeli dalam kondisi proyek belum dibangun.

Pemanis itu diantaranya adalah dengan memberikan potongan harga. Berapa persen bisa diberikan potongan harga?

Bisa 40%, 30%, 20% atau berapapun sekira pembeli tertarik untuk membeli. Mereka tentu berhitung konsekuensi yang mereka terima dengan membeli pada saat unit belum dibangun.

Konsekuensi tersebut diantaranya adalah perlu waktu beberapa lama untuk memperoleh secara fisik apa yang dibeli tersebut.

Nah, sekarang pertanyaan selanjutnya, berapa persen sewajarnya yang bisa kita jual secara preselling?

Sumber bacaan

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.