Pelajaran Dari Ethiopia Untuk Indonesia

Pelajaran Dari Ethiopia

Pelajaran dari Ethiopia. Apa yang terlintas dalam pikiran kita, tatkala mendengar ETHIOPIA ? 

  • Kemiskinan,
  • Kelaparan,
  • Pengangguran, 
  • kekerasan, perang saudara dan
  • Sederet persepsi negatif lainnya.

Memori generasi saya tentang Ethiopia, terwakili dari penggalan lirik lagu yang diciptakan Iwan Fals.

“Selaksa do’a penjuru dunia

Mengapa tak ubah bencana

Menjerit Afrika

Mengerang Ethiopia”

BACA JUGA : (Rumah minimalis)

Futuristik

Rumah Minimalis Lahan Sempit Yang Efisien

Lahan Sempit Persegi Empat

Minimalis Yang Terbuka

Rumah Panggung Kekinian Penghobi Tanaman

Minimalis Lahan Sempi Memanjang

Rumah Minimalis Beton Bersilangan

Bentuk Piramid

Rumah Minimalis Dinding Beton dan Kayu

Close-up of dried, cracked earth.

Bencana kelaparan di Ethiopia

Dulu, bencana kelaparan di Ethiopia mengundang solidaritas global, termasuk Indonesia yang saat itu sedang menikmati booming pangan (beras). Melalui badan PBB FAO, Indonesia mengirim bantuan 100 ribu ton gabah dan USD 25.000 pada tahun 1987.

Kondisi Ethiopia tak banyak berubah hingga tahun 2000, di mana negara ini masih tercatat sebagai salah satu negara termiskin di dunia dengan pendapatan per kapita hanya USD 350. Banyak yang menyimpulkan bahwa Ethiopia akan hilang sebagai negara.

Pelajaran Dari Ethiopia Untuk Indonesia

Kini, Ethiopia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Dari medio 2008 hingga 2017, pertumbuhan ekonomi Ethiopia rata-rata di atas 10 persen per tahun. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Ethiopia mencapai 8,5 persen, mengalahkan ekonomi Tiongkok yang hanya tumbuh 6,5 persen.

Pemerataan Ekonomi yang Menakjubkan

Pertumbuhan ekonomi Ethiopia tidak hanya signifikan, tetapi juga disertai dengan pemerataan yang luas.

Menurut data Bank Dunia, tingkat kemiskinan turun dari 44 persen pada
tahun 2000 menjadi 30 persen pada tahun 2011.

Tingkat harapan hidup meningkat dari 52 tahun pada tahun 2000 menjadi 66 tahun sejak tahun 2017.

Angka kematian bayi juga berkurang 50 persen selama periode tersebut.

Ethiopia sebagai Adidaya Pertanian

Food Sustainability Index menjadikan Ethiopia sebagai negara adidaya dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan, menempati urutan ke-12 di dunia, satu tingkat di bawah Amerika Serikat yang berada di urutan ke-11.

Sementara itu, Indonesia yang dulunya sukses dengan swasembada pangan,
kini menjadi net importir untuk beberapa komoditi pertanian.

Bukti kesuksesan swasembada pangan adalah NTB yang dijuluki sebagai Bumi Gora.

Mengapa Ethiopia Bisa Maju?

Ada beberapa faktor yang mendorong kemajuan Ethiopia, seperti tata kelola pemerintahan yang baik, populasi usia produktif yang besar, optimalisasi dan modernisasi sektor pertanian, serta sektor jasa yang berkembang.

Pelajaran Dari Ethiopia
Pelajaran Dari Ethiopia

Pelajaran Dari Ethiopia

Ethiopia telah menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesulitan tidak harus menjadi takdir. Dengan kebijakan yang tepat, populasi usia produktif yang besar, dan fokus pada sektor pertanian, negara ini mampu bertransformasi menjadi salah satu ekonomi yang tumbuh paling cepat di dunia. Indonesia dapat belajar banyak dari pengalaman Ethiopia untuk mencapai potensi penuh dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.

Negara yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian 2019 ini memiliki populasi usia produktif terbesar di benua Afrika, sekitar 70 persen dari 112 juta penduduknya.

Jumlah penduduk terbesar kedua di Afrika dengan populasi usia produktif yang besar merupakan salah satu faktor utama pendorong kemajuan ekonomi Ethiopia.

Tidak heran jika perusahaan Indonesia berinvestasi di negeri ini, dengan produk seperti Indomie dan Sabun B-29 yang kini sangat populer di Ethiopia.

Mengoptimalkan Pelajaran Dari Ethiopia

Indonesia bisa belajar banyak dari Ethiopia, terutama dalam hal optimalisasi potensi yang ada. Seperti halnya Ethiopia yang berhasil memanfaatkan populasi usia produktif dan sektor pertanian sebagai pendorong utama ekonominya, Indonesia juga memiliki peluang serupa. Bonus demografi di Indonesia dapat menjadi modal besar jika dikelola dengan baik, terutama dalam sektor-sektor yang memiliki potensi besar seperti pertanian dan jasa.

Daftar Pustaka

  1. World Bank. (2018). Ethiopia Poverty Assessment. Retrieved from World Bank
  2. Food and Agriculture Organization. (1987). FAO Emergency Operations. Retrieved from FAO
  3. United Nations. (2000). Millennium Development Goals Report. Retrieved from United Nations
  4. Central Statistics Agency of Ethiopia. (2017). Ethiopian Demographic and Health Survey. Retrieved from CSA Ethiopia
  5. Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Daerah Kabupaten Bima. Retrieved from BPS
  6. World Health Organization. (2015). World Report on Ageing and Health. Retrieved from WHO

Artikel ini menunjukkan bagaimana Indonesia dapat mengambil pelajaran dari Ethiopia untuk memanfaatkan potensi yang ada dan mencapai kemajuan yang signifikan dalam berbagai sektor.

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.