Pentingnya Faktor Pencitraan dalam karya Arsitektur

“What you see is what you get.”

Pencitraan dalam Arsitektur – Apakah Anda pernah mencari tahu apa yang menjadikan sebuah karya  memenangi sebuah penghargaan? Atau apakah yang membuat suatu karya Arsitektur mendapat penialain sebagai sebuah karya  yang baik dan disukai masyarakat?

Pada artikel ini saya memang bukanlah seorang yang memiliki kapasitas memberi penilaian sebuah karya Arsitektur. Namun saya yakin bangunan yang dikategorikan karya  yang baik jika memiliki nilai tinggi pada:

  • Konsep perancangan,
  • Relevansinya terhadap konteks,
  • Pemahaman masalah yang jernih,
  • Proses konstruksi yang baik,
  • Punya kontribusi secara langsung kepada pengguna dan lingkungannya, dan
  • Berkualitas secara bentuk desain.

 

Pada poin terakhir, penilaian masyarakat umum terkadang tergiring ataupun terkecoh pada dua hal berikut:

  • The Value of Big Name
  • The Value of Photography
  • The Value of Narration

Terkadang sebuah karya bisa menghipnotis penglihatan hanya dengan mengetahui nama sang arsitek perancangnya.

“Selalu ada superstar di antara para arsitek maupun desainer.”

Bukan berarti karya arsitektur sang superstar tersebut sebenarnya biasa saja dibanding bangunan lainnya. Juga bukan berarti karya arsitektur si superstar pasti lebih hebat daripada karya arsitektur ‘si bukan-superstar’.

“Ini adalah masalah Branding. Atau yang sedang trend di sosmed kita istilah ‘pencitraan’.” Pencitraan dalam Arsitektur.

Apakah benar  faktor pencitraan dalam arsitektur sungguh ampuh dalam menaikkan kualitas karya, setidaknya ini akan berhasil dalam tahap apa yang dilihat.

Kita tentunya sudah familiar dengan adanya profesi fotografi arsitektur. Fakta yang ada sekarang ini, sulit bagi bangunan baru untuk tidak terlihat menarik dan ‘wah’ dengan adanya kemajuan di bidang fotografi arsitektur sekarang ini.

“Namun jangan sampai mengutamakan bentuk daripada fungsi bangunan itu sendiri.”

artikel arsitektur_form follow function

Baca juga >>>

Beberapa arsitek percaya pada kekuatan fotografi. Bahwa sebuah bangunan tampil menarik diliputan foto adalah seperti sudah menjadi sebuah keharusan yang sifatnya wajib. Inilah salah satu Faktor pencitraan dalam Arsitektur.

Apa yang diutarakan Nabil Gholam yang mengatakan ia sering tidak rela jika karyanya harus difoto oleh media adalah menjadi sesuatu yang menarik ditengah kemajuan fotografi arsitektur. Ia takut citraan tersebut memberikan citra yang tidak selayaknya. Ia mengatakan lebih senang jika orang mau mengalami langsung tiap bangunannya, karena arsitektur adalah untuk dihuni dan dialami, bukan dipandang.

Arsitektur memang harus dialami. Namun apa yang harus kita lakukan jika kita kesulitan mengakses bangunan tersebut? Kita terpisahkan dengan jarak dan mungkin waktu. 

Disinilahdiperlukan kekuatan Fotografi dan narasi Arsitektur untuk menikmati dan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam dunia arsitektur.

“Kekuatan Pencitraan dalam Arsitektur.”

Foto: google.com/image

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like