Berbagai rangkaian acara diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta ke 492, yang jatuh pada tanggal 22 Juni 2019.
“Dengan membaca artikel ini Anda selain akan mengetahui event apa saja yang bisa dihadiri selama HUT DKI Jakarta, juga akan mendapatkan informasi sejarah kota Jakarta yang masih jarang diketahui.”
Apasaja event dan sejarah yang masih jarang diketahui tersebut? Silahkan baca artikel ini sampai tuntas.
Baca juga :
Kawasan Kali Besar Kini
Lapangan Banteng Icon Kebanggaan Kota Jakarta
Rumah Tampak Tanpa Jendela, Pencahayaan Maksimal
Rumah 4X4 meter saja
Wajah Baru Jakarta di HUT yang ke 492
Ibukota Jakarta setiap tahunnya memperingati HUT pada tanggal 22 Juni. Menyambut HUT ke 492 di tahun 2019 ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusung tema Wajah Baru Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencanangkan peringatan
Hari Ulang Tahun ke-492 Jakarta di Taman O, Cibubur, Sabtu (27/4/2019) pagi.
Peringatan HUT Jakarta tahun ini mengambil tema ‘ Wajah Baru Jakarta’. (Kompas.com)
Gubernur Anies mengatakan, wajah baru Jakarta yang dimaksud
bukan perubahan fisik semata.
“Saya ingin garis bawahi wajah baru Jakarta bukan sekadar wajah baru fisiknya saja, yang harus kita ingat bahwa di balik wajah baru fisik, ada cara pandang yang baru.”
Gubernur Anies Baswedan
Rangkaian Acara di Hari Ulang Tahun DKI Jakarta ke 492
Berbagai rangkaian acara sudah dipersiapkan oleh Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, bagi Anda yang berencana menghadiri event tersebut, silahkan simak
liputan berikut ini.
Jakarta Night Festival
Pada tanggal 21 hingga 23 Juni 2019, pemerintah Provinsi DKI
Jakarta akan menggelar acara bertemakan ‘Jakarta Night Festival’.
Kepala Biro Tata Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Premi Lasari seperti yang diberitakan dari laman
detik.com (14/6/2019) mengatakan :
Rangkaian-rangkaian sudah dilaksanakan seperti :
- Festival Jakarta Great Sale (FJGS),
- Pekan Raya Jakarta,
- Lalu juga ada opening ceremoni FJGS
Puncak acara 22 Juni di kawasan Bundaran Hotel Indonesia
(HI) dengan acara ‘Jakarta Night Festival’. Rencananya acara ‘Jakarta Night
Festival akan berlangsung sejak pukul 17.00 hingga 19.45 WIB, dengan
menghadirkan :
- Panggung Hiburan Artis Ibukota,
- Pameran dari para Seniman,
- Bazaar yang menjual produk-produk khas Jakarta,
- Karnaval 5000 Peserta
Karnaval ini akan mulai dari depan Balai Kota lalu mutar ke
Bundaran HI dan menuju titik akhir di Monas.
Jakarta Creative Night
Selain ‘Jakarta Night Festival’, Pemprov juga bakal
mengadakan acara ‘Jakarta Creative Night’ yang dimulai pukul 19.45 hingga 21.45
WIB di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Dalam event ini disuguhkan acara :
- Bazaar,
- Pameran sejumlah seniman.
Sejarah asal usul nama daerah di Ibukota Jakarta
Dari berbagai sumber (
Bisnis.com) kami rangkum asal usul sejarah nama daerah di wilayah DKI Jakarta, bisa jadi Anda baru mengetahuinya.
Jangan mengaku ‘orang Jakarta’ (Tinggal di Jakarta) kalau belum tahu asal usul nama tempat-tempat ini
Guyonan
1. Glodok
Asalnya dari kata Grojok yang merupakan sebutan dari bunyi
Air yang jatuh pada Pancuran Air.
Di tempat itu dahulu kala ada semacam Waduk penampungan Air
Kali Ciliwung.
Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut Grojok dengan
Glodok.
Karena Orang Tionghoa sulit mengucap kata Grojok seperti
layaknya Orang Pribumi.
2. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian Tanah dikuasai dan dimiliki oleh Tuan Tanah yang sangat kayaraya bernama
Kwik Tang Kiam.
Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai Kampung
si Kwi Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.
3. Senayan
Dulu daerah Senayan adalah milik seorang yang bernama
Wangsanayan yang berasal dari Bali.
Tanah tersebut disebut Orang-orang dengan sebutan
Wangsanayan yang berarti Tanah tempat tinggal atau Tanah milik Wangsanayan.
Lambat laun akhirnya Orang menyingkat nama Wangsanayan
menjadi Senayan.
4. Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada jaman dahulu kala
merupakan Hutan yang banyak Pohon dan Buah-buahan.
Karena banyak Pohon Buah Menteng maka Orang menyebut wilayah
tersebut dengan nama Kampung Menteng.
Setelah Tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda Tahun 1912 sebagai lokasi perumahan Pegawai Pemerintah Hindia Belanda, maka daerah itu di sebut
Menteng.
5. Jl. Jaksa
Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini menjadi
pusatnya Orang Asing yang tinggal di Jakarta.
Tapi dahulu kala tempat ini banyak sekali kos-kosan yang
ditempati oleh Pelajar-pelajar Indonesia yang sekolah Hukum Belanda.
6. Matraman
Dahulu kala merupakan home basenya Sultan Agung yang mau
menyerang Batavia.
Karena Sultan Agung
dari Mataram maka tempat tersebut di kenal dengan Mataraman dan lama-lama
sebutan tersebut menjadi Matraman.
7. Karet Tengsin
Dahulu kala tempat ini adalah Perkebunan Karet milik etnis
Tionghoa bernama Tieng Shin.
Karena Orang Pribumi susah menyebutnya jadi
Tengsin saja.
8. Kuningan
Dulunya adalah tempat menetapnya seorang Pangeran dari Cirebon bernama
Pangeran Koeningan.
9. Buncit
Dahulu di jalan Buncit Raya ada seorang Pedagang kelontong
etnis Tionghoa berperut gendut (buncit) yang sangat terkenal.
10. Bangka
Dahulu disana banyak ditemukan mayat (bangke/ bangkai) Orang
yang dibuang ke Kali Krukut.
11. Cilandak
Konon disana pernah ditemukan se-ekor
Landak raksasa.
12. Tegal Parang
Disana dulu banyak ditemukan Alang-alang Tinggi (Tegalan)
yang dipotong dengan Parang (Golok).
13. Blok A/M/S
Dulunya sekitar itu tempat pembukaan perumahan baru yang
ditandai dengan blok.
Mulai A-S.
Sayang yang tersisa hanya 3 blok saja.
14. Pasar Rumput
Dulunya tempat berkumpulnya Tukang Rumput yang menjual untuk
kalangan Meneer Belanda yang tinggal di Kampung Elit Menteng.
15. Kalimalang
Karena Kali atau Sungai yang mengalir di sepanjang jalan
tersebut tidak mengarah ke Laut (Utara), melainkan kearah Barat (silang atau
malang).
16. Lebak Bulus
Dahulu kala disini jadi sentral penjual Penyu atau Kura-kura
yang di jajakan di kolam-kolam.
Lebak artinya kolam.
Bulus artinya Penyu atau Kura-kura.
17. Boplo
Berlokasi di belakang Stasiun Gondangdia, Menteng.
Dahulu kala tempat ini adalah Tanah Perusahaan Kontraktor
Belanda NV De Bouwploeg.
18. Kampung Ambon
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur nama Kampung Ambon
sudah ada sejak Tahun 1619.
Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jendral VOC
menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.
Untuk memperkuat Angkatan Perang VOC, Coen pergi ke Ambon
lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan Tentara.
Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan
pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan
Kampung Ambon.
19. Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah Pelabuhan di Teluk
Jakarta.
Nama Kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan
perjalanan Tome Pires pada Tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.
Dalam Buku tersebut disebutkan bahwa nama Pelabuhan itu
adalah Kelapa.
Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Sunda maka kemudian Pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
20. Pondok Gede
Sekitar Tahun 1775 lokasi ini merupakan lahan Pertanian dan
Peternakan yang disebut Onderneming.
Disana terdapat sebuah Landhuis atau Rumah besar tempat
tinggal sekaligus tempat mengurus Usaha Pertanian dan Peternakan milik Johannes
Hoojiman.
Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut Masyarakat Pribumi menyebutnya
Pondok Gede.
21. Pasar Senen
Pasar Senen pertama kali di bangun oleh Justinus Vinck.
Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan
Vinckpasser (pasar Vinck).
Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser di buka hanya
pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen (disesuaikan dengan
kebiasaan Orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin).
Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin Ramai, maka
sejak Tahun 1766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.
22. Kebayoran
Kebayoran berasal dari kata Kebayuran yang artinya : Tempat
penimbunan Kayu Bayur.
Kayu Bayur yang sangat baik untuk di jadikan Kayu bangunan
karena kekuatannya serta tahan terhadap Rayap.
23. Kebagusan
Nama Kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati berasal dari nama seorang Gadis jelita,
Tubagus Letak Lenang.
Konon kecantikan Gadis keturunan Kesultanan Banten ini
membuat banyak Pemuda ingin meminangnya.
Agar tidak mengecewakan Hati Pemuda itu ia akhirnya memilih
bunuh diri.
Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama
Ibu Bagus.
24. Ragunan
Berasal dari Wiraguna yaitu gelar yang disandang Tuan Tanah
Pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang di perolehnya
dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng Tirtayasa.
25. Paal Meriam
Asal usul nama daerah yang berada di perempatan Matraman
dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar
Tahun 1813.
Pada waktu itu Pasukan Altileri Neriam Inggris yang akan
menyerang Batavia mengambil daerah itu untuk meletakkan Meriam yang sudah siap
di tembak kan.
Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi Masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini
Paal Meriam (tempat meriam dipersiapkan).
26. Cawang
Dahulu kala ketika Belanda berkuasa ada seorang Letnan
Melayu yang mengabdi pada Kompeni bernama Ence Awang.
Letnan ini bersama Anak buahnya bermukim dikawasan yang tak
jauh dari Jatinegara.
Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi
Cawang.
27. Condet (Batu Ampar & Bale Kambang)
Pada jaman dahulu ada sepasang Suami Istri namanya pangeran
Geger dan Nyai Polong.
Mereka memiliki beberapa Orang Anak.
Salahsatu Anaknya Perempuan diberi nama Siti Maemunah
terkenal sangat cantik.
Pangeran Astawana, Anak Pangeran Tenggara atau Tonggara asal
Makassar pun tertarik melamarnya.
Siti Maemunah meminta di bangunkan sebuah rumah dan tempat
peristirahatan diatas empang, dekat Kali Ciliwung yang harus selesai dalam Satu
Malam.
Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda esok harinya
sudah tersedia rumah dan sebuah bale dipinggir Kali Ciliwung.
Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga
Pangeran Tenggara dibuat lah jalan yang diampari (dilapisi) batu.
Demikian menurut cerita, tempat yang di lalui jalan yang di ampari batu disebut *Batu Ampar* dan Bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas Air itu disebut
Balekambang.
28. Depok
Dahulu tempat ini sebagai Depo Kereta Api (garasi)
29. Bintaro
Karena Perumahan Bintaro dan sekitarnya memang bayak
ditumbuhi pepohonan yang bernama Bintaro dan Buahnya sering dikonsumsi
Masyarakat setempat.
30. Taman Anggrek
Berawal dari keinginan Ibu Tien untuk mengambil kebun
Anggrek milik Juragan Tanah Sunda bernama H. Rasman.
Dia memiliki Tanah berhektar-hektar di Cipete.
Bu Tien mengambil Bunga-bunga Anggrek tersebut dengan niat membeli (namun tidak dibayar) yang akhirnya di pindahkan ke daerah Jakarta Barat, sekarang jadi Mall Taman Anggrek.
31. Petamburan
Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi
penamaan daerah ini.
Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah di
daerah ini dan dimakamkan di bawah Pohon Jati.
Sehingga nama Kampung ini sebenarnya
Jati Petamburan.
32. Gondangdia
Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.
– Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang
yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, Yaitu NV Gondangdia.
– Versi kedua, berasal dari nama Kakek yang terkenal dan di
segani di Kampung tersebut.
Kakek tersebut sering disebut Kyai Kondang.
Karena terkenal, nama Kyai itu sering disebut-sebut dan
dikaitkan dengan nama daerah tersebut.
Akhirnya nama tersebut dikenal
Gondangdia (Kakek dia yang tersohor).
33. Petojo
Berasal dari nama seorang Pimpinan Orang-orang Bugis, yang pada Tahun 1663 diberi Hak Pakai kawasan tersebut bernama
Aru Petuju.
Oleh Betawi Petuju diucapkan
Petojo.
34. Krukut
Asal usul nama Krukut mempunyai beberapa versi.
– Versi pertama, krukut berasal dari Sindiran yang diberikan
pada Orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit (Krokot).
Orang Betawi menyebut Orang-orang Arab yang banyak tinggal
di Kampung tersebut dengan Krukut, merubah kata Krokot menjadi Krukut.
– Versi kedua, berasal dari bahasa Belanda
Kerkhof yang berarti
Kuburan.
Pada masa lalu Kampung tersebut memang merupakan tempat
Kuburan Orang-orang Betawi.
35. Pinangsia
Nama jalan didekat pertokoan Glogok ini berasal dari bahasa
Belanda Financien yang artinya Keuangan.
Ada juga yang mengatakan tempat ini dahulu ada Department
van Financien alias Departemen Keuangan.
Oleh lidah Orang Betawi, kata Financien berubah menjadi
Pinangsia.
36. Kali Angke
Ang = Darah
Kata Angke berasal dari bahasa Cina.
Ke = Sungai.
Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian Orang-orang
etnis Cina oleh Belanda di Tahun 1740.
Mayat Orang-orang Cina yang bergelimpangan dihanyutkan di
Kali yang ada di dekat peristiwa itu.
Sehingga Kali yang penuh dengan Mayat itu berganti nama
dengan Kali Angke.
Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama
Kampung Bebek, hal ini dikarenakan orang Cina yang tinggal dikawasan tersebut
banyak yang berternak Bebek.
37. Pluit
Sekitar Tahun 1660 di Pantai sebelah Timur Muara Kali Angke
diletakkan sebuat *Fluitschip* (Kapal panjang ramping) bernama Het Witte Paert
yang tidak layak melaut.
Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu
Benteng Vijhoek yang terletak dipinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke,
dalam menanggulangi serangan-serangan sporadic yang dilakukan oleh Pasukan
bersenjata Kesultanan Banten.
Kubu tersebut dikenal dengan sebutan
De Fluit.
38. Marunda
Marunda berasal dari kata
merendah.
Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini
memang baik Hati, menjauhi sifat sombong yang di larang Agama.
39. Tanjung Priok
Nama Tanjung Priok diambil dari nama seorang penyebar Agama Islam dari Palembang dengan sebutan Mbah Periuk yang membawa
Periuk Nasi sisa perjalanan dari Palembang.
Demikian artikel ini semoga bermanfaat untuk menambah info wawasan sejarah kota Jakarta.
Sumber : Berbagai sumber