Hardiknas Momentum Kemajuan Pendidikan Arsitektur Indonesia

Tantangan besar dunia Arsitektur dalam perkembangan konstruksi Indonesia yang sedang mengalami kemajuan adalah pengembangan tenaga kerja profesional. Mari kita jadikan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) sebagai salah satu momentum kebangkitan dunia pendidikan Arsitektur di Indonesia.

Dengan membaca artikel ini, kita akan lebih paham sejarah apa yang melatar belakangi HARDIKNAS dan kaitannya dengan pendidikan Arsitektur di Indonesia.

BACA JUGA :

Beton Ringan AAC Powerblock

Solusi Proyek Renovasi Rumah Tinggal

Solusi Proyek Daerah Terpencil

Dinding Dekoratif dengan Beton Ringan

Pentingnya Mempelajari Sejarah

Sejarah memiliki nilai dan berharga di kehidupan masa depan.

Bunga Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.”

Apabila sejarah musnah atau hilang, dikawatirkan generasi masa depan kurang memiliki nasionalisme pada bangsa Indonesia.

Sejarah HARDIKNAS

Siapa yang tidak kenal dengan Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, Bapak Pendidikan Nasional, yang terkenal dengan semboyan Tut Wuri Handayani

Berikut ini adalah teks asli dari semboyan Tut Wuri Handayani :

”Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.

Arti dari semboyan ini adalah

Tut wuri handayani : dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

Ing madya mangun karsa : di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide.

Ing ngarsa sung tulada : di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.

Setiap tahunnya, pada tanggal 2 Mei, kita selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional atau yang lebih akrab disebut Hardiknas.

Penetapan tanggal 2 Mei sebagai HARDIKNAS

Penetapan tanggal 2 Mei sebagai HARDIKNAS merupakan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 yang dikeluarkan pada tanggal 28 November 1959.

Tahun itu juga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat diangangkat sebagai Bapak Pendidikan Nasional yang bertepatan dengan tanggal kelahiran beliau.

Asal-usul Nama Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat Lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.

Terlahir  dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta.

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Semenjak saat itu, dia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjuangan Ki Hadjar Dewantara

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa.

Dia menamatkan sekolah dasar di ELS (sekolah dasar Belanda).

Kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (sekolah dokter Bumiputera), tetapi tidak sampai tamat karena sakit.

Dia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain :

  • Sedyotomo,
  • Midden Java,
  • De Express,
  • Oetoesan Hindia,
  • Kaoem Moeda,
  • Tjahaja Timoer

Ki Hadjar Dewantara Penulis Handal

Pada masanya, beliau dikenal sebagai penulis andal.

Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia.

Kiprah Ki Hadjar Dewantara dimasa Kemerdekaan

Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.

Filosofinya, tut wuri handayani (“di belakang memberi dorongan”), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional. (_Wikipedia)

Hardiknas Momentum Perbaikan Pendidikan Arsitektur Indonesia

Kalau kita kaitkan Hardiknas dengan pendidikan Arsitektur di Indonesia, tentunya akan menjadi menarik.

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui :

  • Bimbingan,
  • Pengajaran dan
  • Latihan

Guru selain bertugas untuk mengajar yang secara umum didefinisikan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, juga dituntut untuk mampu mendidik siswa menjadi pribadi yang memiliki akhlak mulia.

Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara dan member latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (KBBI:2009)

Tantangan Pengembangan Tenaga Kerja Profesional

Meskipun sektor konstruksi Indonesia diprediksi akan mengalami sejumlah perkembangan positif, namun pengembangan tenaga kerja profesional masih menjadi tantangan terberat untuk memanfaatkan peluang tersebut. Termasuk tenaga profesional dibidang arsitektur.

Laporan Global Construction 2025 memproyeksikan sektor konstruksi Indonesia akan naik lima peringkat dari posisi sepuluh menuju posisi kelima sebagai pasar konstruksi terbesar dunia dalam kurun waktu 2012-2025.

Potensi yang besar tersebut mau tidak mau menuntut peningkatan kompetensi tenaga dalam negeri untuk dapat memanfaatkannya. Apalagi, dalam era MEA.

Semoga dengan adanya peringatan HARDIKNAS setiap tahunnya, bisa menjadi salah satu momentum kemajuan pendidikan Arsitektur di Indonesia.

Haries memulai arsdesain untuk berbagi pengetahuan seputar arsitektur & desain. Selamat datang di arsdesain.com

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *